Konsep merupakan penjelasan mengenai teori yang
telah diuji melalui observasi/ penelitian.
Asuhan kehamilan adalah penerapan fungsi dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien
yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang ibu pada masa kehamilan (Depkes
2002,hal.13)
2. Filosofi
Asuhan Kehamilan
Kata filosofi berasal dari kata philo dan Sophia,
Philo yang artinya cinta, sedangkan Sophia yang berarti kebijaksanaan.
Filosofi adalah nilai atau keyakinan /kepercayaan
yang mendasari seseorang untuk berperilaku sehingga mempengaruhi pola kehidupannya
(Kusmiyati 2008,hal.1).
Pada prinsipnya filosofi asuhan kehamilan merujuk
pada falsafah kebidanan di mana dalam menjalankan perannya bidan memiliki
keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan. Seperti yang termuat dalam
KEPMENKES RI NO.369/MENKES/SK/III/2007 TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN, keyakinan
itu adalah:
1. Hamil
dan bersalin adalah suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
2. Setiap
perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan
masing-masing.
3. Fungsi
utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses
fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan
4. Perempuan
harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan
keluarganya melalui komunikasi informasi
dan edukasi (KIE) serta konseling.
5. Tujuan
utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan
dan kematian).
6. Praktik
kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan
sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual
serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam pratiknya
yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
7. Sebagai
profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila.
8. Bidan
berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan .
9. Setiap
individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, artinya setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas.
10. Pengalaman
melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang membutuhkan
persiapan sampai anak menginjak masa remaja.
11. Keluarga-keluarga
yang berada di suatu wilayah membentuk masyarakat dan kumpulan masyarakat
12. Indonesia terhimpun dalam satu kesatuan bangsa Indonesia.
Masyarakat terbentuk karena adanya
interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis
mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir.
3. Lingkup
Asuhan Kehamilan.
Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan
harus memberikan pelayanan secara komprehensif. Kusmiyati (2008,hal.2)
menguraikan lingkup asuhan kehamilan pada ibu hamil meliputi:
1. Mengumpulkan
dan menganalisa data riwayat kesehatan dankehamilan.
2. Melaksanakan
pemeriksaan fisik secara sistimatis dan lengkap.
3. Melakukan
pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus, posisi, presentasi dan penurunan
janin.
4. Melakukan
penilaian pelvic, ukuran dan struktur panggul.
5. Menilai
kesejahteraan janin selama kehamilan.
6. Menghitung
usia kehamilan dan hari perkiraan lahir
7. Mengkaji
status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.
8. Mengkaji
kenaikan Berat badan dan hubungannya dengan komplikasi.
9. Memberi
penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana menghubungi bidan.
10. Melakukan
penatalaksanaan kehamilan dengan anemia, hiperemesis gravidarum tingkat
pertama, abortus iminens dan preeclampsia ringan.
11. Menjelaskan
dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan.
12. Memberi
imunisasi.
13. Mengidentifikasi
penyimpangan kehamilan normal dan penanganannya termasuk rujukan yang tepat.
14. Memberi
bimbingan dan persiapan persalinan,kelahiran dan menjadi orang tua.
15. Memberi
bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku sehat selama hamil.
16. Penggunaan
secara aman jamu atau obat-obatan yang tersedia.
4. Sejarah
Asuhan Kehamilan.
Sejarah asuhan kehamilan terkait erat dengan sejarah
kebidanan. Bidan berasal dari kata latin
yaitu “OBSTO” yang artinya mendampingi, dalam bahasa Perancis dikenal dengan
kata “OBSTETRICUS”, dalam bahasa Belanda dikenal dengan sebutan “OBSTETRIE”.
Dalam sejarah manusia terdapat peradaban-peradaban
diantaranya di Yunani dan di Romawi, di Tiongkok dan India, di mana praktek
kedokteran sudah mencapai tingkat tinggi. Pada tahun 460 sampai 377 sebelum Masehi,
Hippocrates dianggap sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.
Pada masa itu pertolongan pada wanita hamil dam
melahirkan sepenuhnya diserahkan kepada wanita-wanita penolong persalinan, yang
umumnya tidak mempunyai pengetahuan tentang kebidanan kecuali yang hidup pada
zaman Romawi dan Yunani. Pertolongan berdasar pada pengalaman, kepercayaan yang
diperoleh dari penolong-penolong terdahulu.
Kemudian lahirlah para dokter pria yang walaupun
tidak melakukan praktek kebidanan, tetapi menaruh perhatian besar terhadap fisiologi
dan patologi kehamilan dan persalinan. Termasuk diantaranya Hipocrates,
Soranus, Rufus, Galenus dan Celsus (Wiknjosastro 2002,hal.5).
Selanjutnya Wiknjosastro (2002,hal.5-7) menjelaskan
bahwa pada tahun 1513 Eucharius Roeslin menerbitkan buku pelajaran untuk
penolong persalinan yang berjudul “Der
Schwangern Frauen Und Hebammen Rosengarten”.
Pada tahun 1598 dibuka sekolah bidan pertama di
Munchener Gebaranstalt, kemudian diikuti sekolah di hotel Dieu di Paris dan Gebaranstalt des Burgerspitals di Strassburg.
Pada tahun 1837 Thomas Bull membuat buku pertama yang khusus membahas
penanganan wanita hamil. Pada tahun 1878 Pinard
menulis tentang bahaya kelainan letak janin dan menganjurkan pemeriksaan wanita hamil
untuk mengetahui letak janin dalam uterus. Selanjutnya pada tahun 1895 beliau
memberitahukan adanya rumah di Paris untuk merawat wanita hamil yang terlantar , dan menerangkan bahwa
bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita ini umumnya lebih besar dari bayi wanita-wanita
yang bekerja terus sampai persalinan mulai.
Jean Lubumen dari Perancis menemukan stetoskop pada
tahun 1819, dan pertama mendengar DJJ tahun 1920.
John Braxton Hicks dari Inggris tahun 1872
menggambarkan kontraksi uterus selama kehamilan yang dikenal dengan kontrksi
Braxton-Hicks.
Di Inggris ( Edinburg) dalam tahun 1899 disediakan
tempat untuk merawat wanita hamil pada The
Royal Maternity Hospital.Dr.Ballentyne adalah dokter yang berjasa dalam menganjurkan pro maternity hospital
untuk wanita hamil yang memerlukan perawatan.
Selanjutnya di Amerika serikat (BOSTON)
dilangsungkan usaha baru, di mana anggota-anggota Intructive Nursing
Association mengadakan kunjungan rumah secara rutin pada wanita-wanita hamil.
Akhirnya pada tahun 1911 didirikan klinik antenatal di Boston Lying-in Hospital
untuk pemeriksaan dan penanggulangan wanita hamil. Prakarsa ini dicontoh oleh
Negara-negara lain, dan kini klinik antenatal sudah tersebar di seluruh dunia.
Di tanah air, pada tahun 1850 dibuka kursus kebidanan oleh seorang bidan VOC
untuk meringankan penderitaan masyarakat pribumi.Siswa pendidikan bidan diambil
dari tenaga juru rawat yang telah bekerja selama 3 tahun untuk mendapatkan
pendidikan selama 2 tahun, dan ditetapkan menjadi pembantu bidan. Kongres
Vereniging Van Geneeskundingen di Semarang tahun 1938 dengan tegas menolak
bentuk pembantu bidan dan menghendaki didirikannya sekolah bidan.
Dokter M. Toha, setelah menamatkan pendidikan
sebagai ahli kebidanan dan penyakit kandungan ditempatkan di Cirebon. Beliau
mendapatkan kesempatan untuk mengutarakan secara luas berbagai masalah yang
dihadapi anak negeri dalam bidang pelayanan kebidanan. Selanjutnya
Prof.Remmeltz meninjau rumah sakit Cirebon dan meluluskan permintaan mendirikan
sekolah bidan.
Pada tahun 1950 Dr. Mochtar dan Dr. Soelianti membentuk
bagian kesehatan ibu dan anak (KIA) di Departemen Kesehatan R.I.
Dalam pidato pembukaan “World Congress On Human Reproduction, di Nusa Dua Bali, 4- 9 April
1994. Bapak Presiden Soeharto menyampaikan akan menyebarkan sebanyak 50.000
bidan di desa. Dapat dibayangkan bahwa keberadaan bidan di desa diharapkan
dapat menggantikan peran dukun untuk menolong persalinan serta melakukan penapisan
bagi kelompok kehamilan dengan resiko tinggi. Dengan meningkatkan pelayanan dan
pengayoman medis yang lebih bermutu dan menyeluruh diharapkan angka kematian
ibu dan anak dapat diturunkan.
Sebelum dikenal asuhan berdasarkan evidence based,
asuhan diberikan berdasarkan tradisional. Asuhan yang banyak berkembang saat
ini dari model yang dikembangkan Eropa awal abad ini. Lebih mengarah ke ritual
dari pada rasional, lebih mengarah ke frekwensi dan jumlah dari pada tujuan
yang esensia (Kusmiyati,2008).
5. Prinsip
Pokok Asuhan Kehamilan
Prinsip merupakan dasar atau azas atau kebenaran
yang menjadi pokok dasar berpikir dan bertindak . Seorang bidan dalam melakukan
asuhan kebidanan pad masa kehamilan harus berdasarkan prinsip sesuai tugas
pokok dan fungsinya, agar yang dilakukan tidak melanggar kewenangan (Kusmiyati
2002,hal.3)
Bidan dalam
memberikan asuhan harus berpegang pada:
1. Kode
etik Bidan Di Indonesia
2. Undang-undang
kesehatan no.23 tahun 1992
3. Kep
Menkes No.900/MENKES/SK/VII/2002 Registrasi dan Praktik Bidan.
4. Kep
Menkes No. 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan.
6. Tujuan
Asuhan Kehamilan
Pada umumnya kehamilan berkembang normal dan
menghasilkan kelahiran bayi yang sehat, cukup bulan melalui jalan lahir, namun
kadang- kadang tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu pelayanan asuhan
antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil
normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.
Tujuan asuhan antenatal menurut
Saifudin (2002,hal.90)
1. Memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi
3. Mengenal
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan
ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.
6. Mempersiapkan
peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
secara normal.
Danang. (2007) Deteksi Dini Terhadap Komplikasi.
Available From : http://masdanang.co.cc/?P=10, diakses, 4 November 2008
Depkes.
(2002), Standar Profesi Kebidanan,Jakarta,
PP IBI, hal.13
Depkes.
(2001),Standar Pelayanan Kebidanan,Jakarta,
PP IBI, hal.5-7
Depkes.
(2007), Kep Menkes RI No 369/MENKES/SK/2007,Jakarta,
PP IBI,
hal.7-8
Kusmiyati,Y.,
Wahyuningsih,H., Sujiyatini. (2008), Perawatan
Ibu Hamil,Yogyakarta, Fitramaya, hal 1-3
Saifudin,A.B.
(2002), Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal Neonatal,edisi 3,Jakarta, YBP-SP,hal.90
Wiknjosastro,H.
(2002), Ilmu Kebidanan,Jakarta,
YBP-SP, hal.4-7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar