Selasa, 20 Maret 2012

Penuntun Belajar Palpasi Leopold


PALPASI LEOPOLD
PENILAIAN
Nilai 0             : Perlu perbaikan
                          Langkah atau tugas tidak dikerjakan
Nilai 1             : Mampu
                          Langkah dikerjakan tetapi kurang tepat
Nilai 2             : Mahir
  Langkah dikerjakan dengan benar, tepat dan tanpa ragu-ragu sesuai prosedur

 
  














NO.
LANGKAH/TUGAS
PERTEMUAN
1
2
3
4
5
1.
Jelaskan prosedur kepada ibu





2.
Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemih





3.
Jaga privasi ibu





4.
Cuci tangan menggunakan sabun dan air lalu keringkan





5.
Buka pakaian ibu hanya di daerah abdomen





6.
Gosokkan kedua telapak tangan supaya hangat





7.
Berdiri di samping kanan ibu





Melakukan Palpasi Leopold I
8.
Memposisikan klien dengan lutut sedikit ditekuk dan petugas menghadap wajah klien





9.
Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping umbilikal





10.
Menentukan bagian janin yang berada di fundus





11.
Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU





Melakukan Palpasi Leopold II
12.
Meletakkan kedua tangan di samping kanan kiri perut ibu untuk menentukan letak bagian janin





Melakukan Palpasi Leopold III
13.
Meletakkan tangan kiri menahan fundus, tangan kanan meraba bagan terbawah janin dan menilai apakah bagian terbawah sudah masuk PAP





Melakukan  Palpasi Leopold IV
14.
Memposisikan klien dengan kedua kaki diluruskan, petugas menghadap ke arah klien





15.
Kedua tangan diletakkan pada sisi bagian bawah rahim dan menilai seberapa jauh penurunannya





16.
Membantu pasien turun dan merapikan tempat tidur





17.
Menyampaikan hasil pemeriksaan






Kamis, 15 Maret 2012

Anemia pada Ibu Hamil


Anemia Pada Ibu Hamil
1.    Pengertian Anemia
a.  Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2 (Saifuddin, 2006).
b.    Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Winkjosastro, 2005).
c.    Anemia adalah turunya kadar hemoglobin kurang dari 12,0 gr/100 ml darah pada wanita yang tidak hamil dan kurang dari 10 gr/100 ml darah pada wanita hamil (Varney, 2002)
2.    Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
a.    Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah akibat kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan, karena gangguan reabsorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada perdarahan.
b.    Anemia Megaloblastik
Anemia Megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena akibat kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
c.    Anemia Hipoplastik
Anemia Hipoplastik adalah anemia pada ibu hamil yang disebabkan karena sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Gambaran darah tepi menunjukan normositer dan normokrom, tidak ditemukan cirri-ciri defisiensi besi, asam folik atau vitamin B12. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau sinar radiasi. Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik yaitu tranfusi darah yang perlu sering diulang.
d.    Anemia Hemolitik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

3.    Kategori Anemia
Anemia dapat dikategorian sebagai berikut :
a.    Tidak anemia bila kadar Hb 11 gr%
b.    Anemia Ringan bila kadar Hb 9-10 gr%
c.    Anemia Sedang bila kadar Hb 7-8 gr%
d.    Anemia Berat bila kadar Hb < 7 gr%
4.    Tanda dan Gejala Anemia
      Keluhan lemah, pucat, mudah pingsan sementara tensi masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi, pucat.
5.    Etiologi
      Penyebab anemia dalam kehamilan umumnya adalah kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak seperti riwayat persalinan yang lalu, haid dan penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria, dll.
      Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi karena terjadi menstruasi dengan perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg. Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis.
6.    Patofisiologi Anemia Kehamilan
      Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingannya tidak seimbang yakni plasma bertambah 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil oleh karena pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kemudian, pada perdarahan waktu persalinan banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu.
      Pada kehamilan relative terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi dengan peningkatan volume 30% sampai 40%. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodelusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 gr% sampai 10 gr%.
7.    Pengaruh Anemia pada Kehamilan dan Janin
a.    Pengaruh Anemia terhadap kehamilan .
1)    Bahaya selama kehamilan
a)    Dapat terjadi abortus.
b)    Persalinan Prematuritas.
c)    Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.
d)    Mudah terjadi infeksi.
e)    Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%).
f)     Mola Hidatidosa.
g)    Hiperemesis Gravidarum.
h)   Perdarahan Antepartum.
i)     Ketuban Pecah Dini.
2)    Bahaya saat persalinan
a)    Gangguan his, kekutan mengejan.
b)    Kala pertama dapat berlangsung lama.
c) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
d)    Kala Uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri.
e)    Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
3)    Pada kala nifas
a)    Terjadi Sub Involusio uteri menimbulkan perdarahan postpartum.
b)    Memudahkan infeksi puerperium.
c)    Pengeluaran ASI berkurang.
d)    Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.
e)    Anemia kala nifas.
f)     Mudah terjadi infeksi mammae.
b.    Pengaruh Anemia terhadap janin.
     Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk :
1)    Abortus
2)    Terjadi kematian intrauteri.
3)    Persalinan prematuritas tinggi.
4)    Berat badan lahir rendah.
5)    Kelahiran dengan anemia.
6)    Dapat terjadi cacat bawaan.
7)    Bayi mudah mendapat infeksi hingga kematian perinatal.
8)    Inteligensia rendah.  
8.    Diagnosis Anemia Dalam Kehamilan
     Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dlakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
     Ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari 10 gr/100 ml barulah disebut anemia dalam kehamilan, karena itu para wanita hamil dengan Hb antara 10 dan 12 g/100 ml tidak dianggap anemia patologik, akan tetapi anemia fisiologik.
     Pemeriksaan kadar Hb dan darah tepi akan memberikan kesan pertama.
9.    Penanganan Anemia Dalam Kehamilan.
           Kebutuhan ibu selama kehamilan ialah 800 mg besi diantaranya 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk penambahan eritrosit ibu .
      Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb itu kurang dari 10 g/100 ml, maka wanita tersebut dapat dianggap sebagai anemia defesiensi besi, baik yang murni maupun yang dimorfis, karena tersering anemia dalam kehamilan ialah anemia defisiensi besi.
      Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi sebanyak 600-1000 mg sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 g/100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu sampai janin lahir.
     Untuk menghindari terjadinya anemia, sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut, disertai pemeriksaan laboratorium .
      Pencegahan di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin.

Referensi:
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta ; EGC
Rustam M. 1998. Sinopsis Obstetri Edisi 2. Jakarta :EGC
Saifuddin, Abdul. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayaysan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Varney, Helen. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo