Sampai saat ini belum ada seorang ilmuwan pun yang
berhasil memecahkan masalah bagaimana
asal-usul kehidupan di bumi ini. Banyak teori atau paham-paham yang
dikemukakan oleh ilmuwan mengenai masalah tersebut, tetapi semuanya belum dapat
memberikan jawaban yang memuaskan.
Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani Kuno manusia berusaha
memberikan jawaban terhadap masalah asal usul kehidupan tersebut. Namun,
jawaban itu umumnya hanya berupa dongeng atau mitos saja. Berikut ini
dikemukakan beberapa teori tentang asal usul makhluk hidup.
A.
TEORI CIPTAAN
Teori ini mengemukakan bahwa
kehidupan yang ada di planet diciptakan oleh Tuhan. Bumi yang dicipta Tuhan
pada masa lalu sampai sekarang mempunyai ciri yang tidak berubah. Mereka
mengungkapkan teori ini berdasarkan atas kejadian-kejadian gaib yang pernah
dilihatnya. Kejadian gaib tersebut dianggap sebagai ciptaan Tuhan, seperti halnya bumi dan kehidupan yang ada di didalamnya
juga diciptakan oleh-Nya. Perjalanan
Hidup Manusia
1. Peristiwa
Pertama adalah dimana semata-mata yang ada hanya Dzat Allah saja yakni selain
Dzat Allah belum ada segala alam
2. Peristiwa
kedua adalah di waktu alamul roh masih berada di dalam qabadh, ialah waktu
segala roh (alam jiwa) belum di zhahirkan, yakni roh masih dalam genggaman
kodrat Iradat Allah. Tertera dalam surat Al Insaan (76) ayat 1
“Bukankah Telah
datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan
sesuatu yang dapat disebut?”
3. Peristiwa
ketiga yaitu di waktu di alam roh telah dijadikan, kemudian roh didik oleh
Allah agar mengenal Allah. Tertera dalam ayat:
Al A’raf (7)
ayat 172
“Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)”
Al Ahzab (33)
ayat 72 :
“Sesungguhnya kami
Telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh.”
4. Peristiwa
keempat yaitu setelah alam roh tamat latihan mengenal Allah, roh di dalam
genggaman Allah dipindahkan ke alam malaikat agar rohsiap ditiupkan ke dalam
kandungan
5. Peristiwa
kelima yaitu setelah jasad berada di dalam kandungan ibu selama 120 hari,
barulah malaikat datang meniupkan roh ke jasad bayi tersebut dan bayi tersebut
hidup sampai dilahirkan ke dunia
6. Peristiwa
keenam yaitu manusia sampai di bumi, dalam hidupnya (kurang lebih sampai 70
tahun atau sekehendak Allah), manusia diberi petunjuk agar mengikuti perintah
Allah (dengan Kitabullah dan Rasulullah)
7. Peristiwa
ke tujuh yakni pada waktu manusia akan meninggalkan dunia tetapi belum mati
yaitu manusia berjuang di pintu gerbang maut (dalam sakaratul maut)
8. Peristiwa
ke delapan yaitu sewaktu jasad ditanam di liang kubur (lahat), jasad dimakan
ulat dan tanah, tetapi roh kembali kepada Allah, ditempatkan sesuai amal
ibadahnya waktu di dunia. (di dalam Barzah menunggu hari kiamat)
9. Peristiwa ke sembilan yakni umat manusia dihidupkan
untuk kedua kalinya yakni umat manusia dikumpulkan di padang Mahsyar atau disebut
hari penghisaban melalui timbangan/mizan, diberi catatan amalnya
10. Peristiwa
ke sepuluh, umat manusia meniti titian Shiratal Mustaqim
11. Peristiwa
ke sebelas, umat manusia melalui neraka
12. Peristiea
ke duabelas, umat manusia masuk ke dalam surga
B.
TEORI COSMOZOA
Teori ini mengemukakan bahwa
kehidupan di bumi diperkirakan berasal dari ruang angkasa. Hal yang mendasari
teori ini adalah peyelidikan bahwa bahan yang terdapat pada batu meteor maupun
vartu komet yang jatuh ke bumi mengandung banyak molekul organic sederhana ,
misalnya cyanogens , asam hidrocyanida.molekul-molekul organik tersebut tatkala
jatuh ke bumi menjadi benih kehidupan. Menurut teori ini bukan hanya di bumi
saja yang timbul kehidupan. Kehidupan dapat timbul sekali atau bebrapa kali di
berbagai bagian galaksi dalam waktu yang berbeda.
C.
TEORI ABIOGENESIS
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles
(384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani
Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali
menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila
menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur
tersebut merupakan hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian,
Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut ? Menurut
penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau
secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga
paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea
kita gabungkan, maka pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama
kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terjadinya secara
spontan, misalnya :
a. Ikan dan katak
berasal dari lumpur
b. Cacing berasal
dari tanah
c. Belatung berasal
dari daging yang membusuk
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak
zaman Yunani Kuno (Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek berhasil membuat mikroskop dan
melihat jasad renik di dalam air bekas rendaman jerami (salah seorang penganut
teori abiogenesis) yang memperkuat
teori generatio spontanea terbukti makhluk hidup berasal dari benda mati (jasad
renik berasal dari air bekas rendaman jerarni).
D.
TEORI BIOGENESIS
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua
orang membenarkan paham abiogenesis. Orang –orang yang ragu terhadap kebenaran
paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah
tentang asal usul kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan
Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan Lazzaro
Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis,
1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham
Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
1.
Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham
abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi
menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi
selengkapnya adalah sebagai berikut :
·
Stoples I :
diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
·
Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap
terbuka.
·
Stoples III :
diisi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada
tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga
stoples tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
·
Stoples I :
daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau
belatung lalat.
·
Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak
larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi
menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di
stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal
dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap
disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II,
yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak
belatung, tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung relative sedikit.
2.
Percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Seperti halnya
Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogeensis. Oleh
karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan percobaan
Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air
kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang
dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut
·
Labu I :
diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15oC selama beberapa
menit dan dibiarkan tetap terbuka.
·
Labu II :
diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah
pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat
benar. Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan.
Setelah dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan
hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap
keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil
percobaannya adalah sebagai berikut :
·
Labu I :
air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya
menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak
mengandung mikroba.
·
Labu II : air
kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula,
baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini
dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba,
airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani
menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari
air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya
pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air
kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap
hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. M,enurut mereka untuk
terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan
pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.
3.
Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis.
Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro
Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat
labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut :
·
Langkah I : labu disi 70 cc air
kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan
mulut labu diolesi dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut
dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau
disterilkan.
·
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan
diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati.
Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
·
Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih
dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga
bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada tempat yang
aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata
air kaldu didalam labu menjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
Melalui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh
mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat
lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher
angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa
akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher.
Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan
diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air
kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat
berhubungan dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara
akan mati pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan
pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah
kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak),
mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan
beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh
mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis
atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal
dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan
Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori
baru tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis.
Teori itu menyatakan :
a. Omne vivum ex
ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex
vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex
vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil
menumbangkan paham Abiogenesis atau generation spontanea dan
sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana
terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
E.
TEORI EVOLUSI KIMIA
Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan
para tokoh teori Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain
untuk terus mengadakan penelitian tentang asal usul kehidupan. Antara
pakar-pakar tersebut antara lain :
Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin.
mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi ini berupa
makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi
berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata,
Mollusca, dan lain-lain.
1.
Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)
Harold Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika
Serikat. Dia menyatakan bahwa pada suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul
zat seperti Metana (CH4), Uap air (H2O), Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2)
yang semuanya berbentuk uap. Karena adanya pengaruh energi radiasi sinar
kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi diantara zat-zat
tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi Kimia dari Urey tersebut
biasa dikenal dengan teori Urey.
Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk
mempunyai susunan menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut selama
berjuta-juta tahun mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup.
Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di atmosfer
tersebut didukung kondisi sebagai berikut :
·
Kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana,
Amonia, Uap air, dan hydrogen yang sangat banyak di atmosfer bumi
·
Kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran
listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut
bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar
·
Kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana
yang susunan kimianay dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
·
Kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta
tahun), zat idup yang terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme
(makhluk hidup yang lebih kompleks).
2.
Eksperimen Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik
terhadap masalah asal usul kehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan
planet bumi saat awal terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang
terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium
sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas
Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air. Alat tersebut juaga dipanasi selama
seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur didalamnya. Sebagai
pengganti energi aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat
tersebut dengan loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik
bertegangan tinggi tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi
membentuk suatu zat baru. Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga
gas-gas hasil reaksi dapat mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang
tertampung dalam perangkap embun dianalisis secar kosmografi. Ternyata air
tersebut mengandung senyawa organic sederhana, seperti asam amino, adenine, dan
gula sederhana seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba beberapa pakar
lain, ternyata hasilnya sama. Bial dalam perangkat eksperimen tersebut
dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP,
yakni suatu senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan.
Lembaga cpenelitian lain, dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa
nukleotida.
Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam
Deoksiribose Nukleat) dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa khas dalam
inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan pewarisan sifat.
Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa satuan-
satuan kompleks didalam sistem kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam
Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi
abiotik. Teori yang terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan secara
luas. Namun, hingga kini masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap
merupakan rahasia alam yang belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah
mengetahui terbentuknya senyawa organik secara bertahap, yakni dimulai dari
bereaksinya gas-gas diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar.
Selanjutnay semua senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih
kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnay membentuk senyawa yang merupakan
komponen sel.
F.
TEORI EVOLUSI BIOLOGI
Alexander Oparin adalah Ilmuwan
Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin
menyatakan bahwa pada suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO2,
CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi
benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan
senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau senyawa
hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung dilautan.
Alexander Oparin
mengemukakan di dalam atmosfer primitif bumi akan timbul reaksi-reaksi yang
menghasilkan senyawa organik dengan energi pereaksi dari radiasi sinar ultra
violet. Senyawa organik tersebut merupakan “sop purba” tempat
kehidupan dapat muncul. Senyawa organik akhirnya akan membentuk timbunan
gumpalan (koaservat). Timbunan gumpalan (koaservat) yang kaya akan bahan-bahan
organik membentuk timbunan jajaran molekul lipid sepanjang perbatasan koaservat
dengan media luar yang dianggap sebagai “selaput sel primitif” yang memberi
stabilitas pada koaservat.
Meskipun begitu
Oparin tetap berpendapat amatlah sulit untuk nantinya koaservat yang sudah
terbungkus dengan selaput sel primitif tadi akan dapat menghasilkan “organisme
heterotrofik” yang dapat mereplikasikan dirinya dan mengambil nutrisi dari “sop
purba” yang kaya akan bahan-bahan organik dan menjelaskan mekanisme
transformasi dari molekul-molekul protein sebagai benda tak hidup ke benda
hidup.
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh paar
Ilmuwan. Namun, tidak sedikit Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul
secara acak yang dapat menjadi awal terbentuknya organisme hidup.
Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak
pendukungnya, namun baru teori evolusi kimia yang telah dibuktikan secara
eksperimental, sedangkan teori evolusi biologi belum ada yang menguji secara
eksperimental.
Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar,
tetapi belum mampu menjelaskan bagaimana dan dari mana kehidupan diplanet bumi
ini pertama kali muncul. Yang perlu diingat adalah bahwa kehidupan adalah tidak
hanya menyangkut masalah replikasi; (penggandaan diri) atau masalah kehidupan
biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah kehidupan rohani. Tentang teori
asal usul kehidupan yang menyatakan organisme pertamakali terbentuk dilautan
bisa dipahami dari sudut biologi, karena molekul-molekul organik yang merupakan
sop purba itu tertumpuk dilaut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudarno.1994.Biologi.Surakarta:PT
Pabelan Surakarta
3. http://gurungeblog.wordpress.com/2009/01/02/asal-usul-kehidupanteori-generatio-spontaneateori-evolusi-biokimia/
Izin copy materinya...
BalasHapusThanks
silahkan, dengan senang hati
BalasHapus