Jumat, 03 Februari 2012

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Kala II



        1.   Tanda Dan Gejala Kala II
·         Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
·         Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vaginanya.
·         Perineum menonjol.
·         Vulva, vagina dan sfingter ani membuka.
·         Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi obyektif) yang hasilnya adalah :
·      Pembukaan serviks telah lengkap, atau
·      Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

  2. Persiapan Penolong Persalinan
             1.  Sarung tangan
      Sarung tangan steril harus selalu dipakai selama melakukan periksa dalam, membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan laserasi dan asuhan segera bagi bayi baru lahir.Sarung tangan harus segera diganti apabila terkontaminasi, robek atau bocor.
 2.  Perlengkapan pelindung diri
      Pelindung diri merupakan penghalang atau barier antara penolong        dengan bahan-bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Oleh sebab itu, penolong persalinan harus memakai celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan.Juga gunakan masker penutup mulut dan pelindung mata. Kenakan semua perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran bayi dan plasenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
              3.  Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan      akan berlangsung. Ruangan harus memiliki pencahayaan/penerangan yang cukup. Ibu dapat menjalani persalinan di tempat tidur yang bersih.
Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung.Pastikan bahwa semua perlengkapan untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi bayi baru lahir.Semua perlengkapan dan bahan harus dalam keadaan steril.
          4.   Penyiapan tempat dan linkungan untuk kelahiran bayi
Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan pada bayi baru lahir harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Siapakan lingkungan yang sesuai bagi proses kelahiran bayi itu atau memastikan bahwa ruangan tersebut bersih, hangat, pencahayaan cukup, dan bebas dari tiupan angin.
   3. Penatalaksanaan fisiologi Kala Dua
Proses fisiologis kala II persalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal (dengan kekutan ibu sendiri). Gejala dan tanda kala II juga merupakan mekanisme alamiah bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristrahat diantara kontraksi.Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, berjongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala II.Pada penatalaksanaan fisiologi kala II, ibu memegang kendali dan mengatur saat meneran. Penolong persalinan hanya membantu memberikan bimbingan tentang cara meneran yang efektif dan benar. Harus diingat bahwa sebagian besar daya dorong untuk melahirkan bayi, dihasilkan dari kontraksi uterus.Meneran hanya menambah daya kontraksi untuk mengeluarkan bayi.
4.  Posisi Ibu Saat Meneran
Bagian dari pelaksanaan asuhan sayang ibu adalah membiarkan pasien memilih sendiri posisi untuk menera, selain posisi terlentang atau litotomi.
     Alasan posisi terlentang atau litotomi tidak dianjurkan :
1.         Pada posisi terlentang pembuluh aorta dan vena cava inferior akan tertekan oleh beban berat janin, uterus, air ketuban dan plasenta.Penekanan pembuluh darah besar ini akan mengganggu aliran darah ke janin sehingga janin akan kekurangan suplai oksigen yang berakibat terjadinya asfiksia intra uterus.
2.         Selain itu pasien juga akan merasakan nyeri karena tekanan ini yang dapat menambah lama kala II.Laserasi perineum pada posisi ini lebih banyak dijumpai dibandingkan posisi-posisi lain karena pada psisi ini daya renggang panggul tidak dapat maksimal.
3.         Posisi litotomi untuk meneran juga tidak dianjurkan karena akan menyebabkan nyeri pada punggung dan kerusakan saraf kaki setelah proses persalinan selesai.
4.         Pada posisi ini pasien akan lebih sulit melakukan pernapasa.
5.         Posisi litotomi dan terlentang akan membuat proses buang air lebih sulit.
6.         Pasien merasa terbatas melakukan pergerakan.
7.     Pasien merasa tidak berdaya ketika dalam posisi terlentang, apalagi litotomi, karena posisinya benar – benar seperti objek.
8.         Proses meneran menjadi lebih sulit karena tekanan pada saraf pinggul minimal.
9.         Bisa menambah kemunkinan terjadinya laserasi pada perineum.
10.     Bisa menimbulkan kerusakan saraf pada kaki dan punggung.

        Macam-macam Posisi meneran dan Keuntungan
        Posisi Meneran

                                 Keuntungan
     Jongkok

Memaksimalkan sudut dalam lengkungan carus yang memungkinkan bahu turun ke panggul dan bukan terhalang (macet) di atas simfisis pubis

     Setengah duduk 
   Membantu dalam penurunan janin dengan kerja gravitasi,
Menurunkan janin ke panggul dan terus ke dasar panggul. Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala bayi dan mengamati .   

     Berdiri
  Pasien lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dan kandung kemih yang kosong akan memudahkan penurunan kepala.
     Memperbesar ukuran panggul, menambah 28 % ruang outletnya.


     Membantu kesehatan janin dalam penurunan lebih dalam ke panggul.
      Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit
      Membantu janin dalam melakukan rotasi.
      Peregangan minimal pada perineum.

     Miring ke kiri
       Oksigenasi janin maksimal karena dengan miring kiri sirkulasi darah ibu ke janin lebih lancar.
        Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.
      Mencapai terjadinya laserasi.



SUMBER PUSTAKA

a.     Sulistyawati,Ari dan Esti Nugraheni, (2010),Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin,Salemba Medika, Jakarta, hal 103 – 105

b.    JNPK – KR , (2008), Asuhan Persalinan Normal, Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal 79 – 84

Tidak ada komentar:

Posting Komentar