Rabu, 22 Februari 2012

Penyebab Tidak Langsung Kematian Maternal


Penyebab Tidak Langsung Kematian Maternal
1)    Penyakit
a)  Hepatitis infeksiosa
        Hepatitis infeksiosa disebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil penyebab hepatitis infeksiosa terutama oleh virus hepatitis B, walaupun kemungkinan juga dapat virus hepatitis A atau hepatitis C. Hepatitis virus dapat terjadi pada setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun ibu. Pada trimester pertama dapat terjadi keguguran, akan tetapi jarang dijumpai kelainan kongenital, sedangkan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga sering terjadi persalinan prematur. Tidak dianjurkan untuk melakukan terminasi pada kehamilan dengan induksi atau seksio sesarea, karena akan mempertinggi risiko pada ibu. Pada hepatitis B, janin kemungkinan dapat penularan dari plasenta, waktu lahir, atau masa neonates walaupun masih kontroversi tentang penularan melalui air susu.
b)  Anemia
         Kondisi ini disebabkan meningkatnya volume plasma menyebabkan terjadinya pengenceran darah sehingga terjadi anemia fisiologis dengan nilai karakteristik haemoglobin 11 mg %. Kekurangan zat besi, asam folat atau vitamin B 12 dalam makanan sehari-hari dapat membuat wanita hamil semakin menderita anemia. Anemia dalam kehamilan akan mengakibatkan  meningkatnya risiko keguguran, prematuritas atau berat bayi lahir rendah.
c)  Penyakit jantung
        Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan-perubahan dalam sistem kardiovaskular yang biasanya yang biasanya masih dalam batas-batas fisiologik. Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, akan tetapi jantung yang sakit tidak.
          Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu  menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang disusul oleh abortus. Apabila konseptus dapat hidup terus, anak dapat lahir premature atau lahir cukup bulan akan tetapi dengan berat badan rendah (dismaturitas). Selain itu janin dapat menderita hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga neonates lahir mati. Juga pada pada masa nifas dapat membahayakan dan mengancam keselamatan ibu.
2)    Faktor-faktor pelayanan kesehatan
     Faktor-faktor pelayanan kesehatan mempunyai peran sangat besar pula dalam kematian maternal. Faktor tersebut meliputi :
a)    Kurangnya kemudahan untuk pelayanan kesehatan maternal.
b)    Asuhan medik yang kurang baik.
c)    Kurangnya tenaga terlatih dan obat-obat penyelamat jiwa.
3)    Faktor ekonomi
     Ekonomi adalah merupakan satu ilmu yang mengkaji tingkah laku manusia secara individu dan secara berkelompok menggunakan sumber ekonomi atau faktor-faktor pengeluaran, untuk mengeluarkan dan untuk memenuhi kehendak manusia yang tidak terbatas. Transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik, merupakan faktor yang ikut berperan terhadap kematian maternal. Ibu yang hidup dalam kemiskinan cenderung mengalami ketidakadilan dalam perawatan kesehatan dan memiliki angka mortalitas maternal dan perinatal yang lebih tinggi.
4)    Faktor budaya
                   Menurut Linton (1945) budaya adalah sebagai cara hidup anggotanya (masyarakatnya), sekumpulan ide dan kebiasaan yang mereka pelajari dan turunkan dari generasi kegenerasi.
              Perilaku individu dibentuk oleh nilai dan sikap yang mereka anut dan juga lingkungan fisik serta geografis tempat mereka berinteraksi. Beberapa penulis membahas tentang peran budaya dalam menjelaskan pola kesehatan dengan mengatakan bahwa penekanan pada budaya dapat menyebabkan ketidakadilan sepenuhnya terhadap perbedaan budaya dan mengalihkan perhatian dari penyebab diskriminasi dan rasisme yang sebenarnya sering dihadapi wanita. Dan akibat sejumlah masalah yang saling terkait dapat menyebabkan sehat atau sakitnya suatu komunitas termasuk mortalitas ibu dan bayi. Olehnya itu dikembangkan pelayanan maternitas atau asuhan kebidanan.    

Tujuan Perkembangan Remaja


 Tujuan Perkembangan Remaja
a.      Perkembangan pribadi
1)  Keterampilan kognitif dan nonkognitif yang dibutuhkan agar dapat mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang–bidang  pekerjaan tertentu.
2)  Kecakapan dalam mengelolah dan mengatasi masalah–masalah pribadi secara efektif.
3)  Kecakapan–kecakapan sebagai seorang pengguna kekayaan kultural dan peradaban bangsa.
4)  Kecakapan untuk dapat terikat dalam suatu keterlibatan yang intensif pada suatu kegiatan.
b.      Perkembangan sosial
1)  Pengalanman bersama pribadi–pribadi yang berbeda dengan dirinya, baik dalam kelas sosial, subkultur, maupun usia.
2)  Pengalaman dimana tindakannya dapat berpengaruh pada orang lain.
3)  Kegiatan saling bergantung yang diarahkan pada tujuan–tujuan bersama (interaksi kelompok).
c.      Konsep kedewasaan
Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa. Secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. Sementara itu, secara psikologis remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan–perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral antara masa kanak–kanak menuju dewasa. Remaja mengevaluasi diri secara keseluruhan dan terdapat beberapa pemisahan dimensi diri, seperti dalam akademik, olahraga, penampilan, hubungan sosial dan moral. Terdapat bukti bahwa konsep diri remaja berbeda diberbagai konteks dan remaja memandang diri berbeda jika berada dengan teman sebaya di bandingkan saat dengan orang tua dan guru.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai nilai–nilai kedewasaan. Adapun ciri – ciri kedewasaan antara lain :
1)     Emosi relatif lebih labil (mampu mengendalikan emosi);
2)     Mandiri (baik secara ekonomi, sosial dan emosi);
3)     Mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri dan lingkungan untuk memecahkan masalah;
4)     Adanya interdependensi (saling ketergantungan) dalam hubungan sosial;
5)     Memiliki tanggung jawab;
6)  Memiliki kontrol diri yang adekuat (mampu menunda kepuasan, melawan godaan, serta mengembangkan standar prestasi sendiri);
7)     Memiliki tujuan hidup yang realistis;
8)     Memiliki dan menghayati nilai–nilai keagamaan yang dianut;
9)     Peka terhadap kepentingan orang lain;
10) Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (bersikap luwes), bertindak secara cepat, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
 Referensi :
         -  Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi remaja dan Wanita. Bandung : Salemba Medika.

Ciri-Ciri Psikologis Remaja


Ciri – Ciri Kejiwaan dan Psikologi Remaja
a.      Usia remaja muda (11–15 tahun)
1)  Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai–nilai hidup orang tuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orang tua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering kali disertai dengan menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya pencarian identitas diri, remaja cenderung melihat kepada tokoh–tokoh di luar lingkungan keluarganya, yaitu : guru, figur ideal yang terdapat dalam film, atau tokoh idola.
2)  Preokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang cepat sekali. Perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi diri remaja.
3)  Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok senasib. Hal ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.
4)  Kemampuan untuk berfikir secara abstrak
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri
5)  Perilaku yang labil dan berubah–ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah–ubah. Pada suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain tampak masa bodoh dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa cemas akan perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam diri remaja terdapat konflik yang memerlukan perhatian dan penanganan yang bijaksana.
b.  Remaja usia penuh (16–19  tahun)
1)  Kebebasan dari orang tua
Dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua menjadi realitas. Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga merasa kurang menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terikat dengan orang lain melalui ikatan cinta yang stabil.
2)  Ikatan terhadap pekerjaan dan tugas
Sering kali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu yang ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan akan cita–cita masa depan yaitu mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau langsung bekerja untuk mencari nafkah.
3)  Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyusun nilai–nilai moral dan etis sesuai dengan cita – cita.
4)  Pengembangan hubungan pribadi yang labil
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil menyebabkan terbentuknya kestabilan diri remaja.
5)  Penghargaan kembali pada orang tua dalam kedudukan yang sejajar
6)  Perubahan fisik, psikologi dan seksual pada remaja
c.   Perubahan fisik remaja
Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi yaitu:
1.  Munculnya tanda-tanda seks primer, terjadinya haid yang pertama  (menarche) pada remaja perempuan, dan mimpi basah pada remaja laki-laki.
2.  Munculnya tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a)     Pada remaja laki-laki tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih lebar,badan berotot, tumbuh kumis diatas bibir, cambang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.
b)     Pada remaja perempuan pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan vagina, payudara membesar.
d.  Perubahan psikologis
Pada masa remaja perubahan kejiwaan terjadi lebih lambat dari fisik dan labil, meliputi :
1.  Perubahan emosi ; sensitive (mudah menangis, tertawa, cemas dan frustasi), mudah mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi.
2.  Perkembangan intelegensia : mampu berpikir abstrak dan senang memberi kritik , ingin mengetahui hal-hal baru sehinga muncul perilaku ingin mencoba hal yang baru. Perilaku ingin mencoba ini sangat penting dalam kesehatan reproduksi.
e.  Perubahan seksual remaja
Sejak masa remaja, pada diri seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahan pada bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi. Pematangan kelenjar pituitary berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dewasa atau laki-laki dewasa. Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik dan fungsi fisiologis. Kematangan seksual remaja ini menyebabkan munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual.

Referensi:
- Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi remaja dan Wanita. Bandung : Salemba Medika.

Aspek Perkembangan Remaja


Aspek Perkembangan Remaja
Terdapat dua konsep perkembangan remaja yaitu nature dan nurture. Konsep nature mengungkapkan bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Konsep nurture menyatakan tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan tersebut. Hal tersebut tergantung dari pola asuh dan lingkungan dimana remaja itu tinggal. Dalam perkembangan sosial, terjadinya tumpang tindih pada pola tingkah laku anak dan pola perilaku dewasa merupakan tradisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran anak–anak. Remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah.
a.      Kuatnya teman sebaya
Keinginan untuk mandiri akan timbul dari dalam diri remaja. Salah satu bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh orang tua dan ketergantungan secara emosional pada orang tua. Berdasarkan ciri–ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentris, dan kebingungan peran, maka seorang remaja mulai mencari pengakuan diri diluar rumah.
Pada usia remaja, seseorang lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya dibandingkan bersama dengan orang tuanya, sehingga wajar saja jika tingkah laku dan norma/ aturan – aturan yang dipegang banyak dipengaruhi oleh kelompok sebayanya. Namun, meskipun tampaknya remaja sangat bergantung pada teman sebayanya, pada remaja sendiri terdapat sikap ambivalen. Di satu sisi ingin membuktikan kemandiriannya dengan melepaskan diri dari orang tua, tetapi disisi lain mereka masih tergantung pada orang tuanya. Remaja tetap akan meminta pertimbangan dari orang tuanya ketika menghadapi masalah yang berat atau harus menentukan sesuatu yang berkaitan dengan masa depannya yang berakibat jangka panjang. Hal ini merupakan bentuk ketergantungan remaja pada orang tuanya, ketergantungan remaja pada teman sebaya lebih mengarah pada hal–hal yang berkaitan dengan relasi soaial atau penerimaan lingkungan (misalnya perilaku/kebiasaan sehari–hari, kesukaan, aktivitas yang dipilih, gaya bahasa, dll).
Tingkat konformitas remaja dengan kelompok sebayanya bervariasi menurut kualitas relasi yang terjadi dalam keluarga. Remaja yang berasal dari keluarga yang terlalu hangat, memberikan perlindungan dan keamanan yang berlebihan, melibatkan ikatan emosi yang sangat kuat cenderung memengaruhi remaja menjadi malas menjalin ikatan lain di luar keluarga atau mengalami kesulitan dalam berinteraksi di lingkungan selain keluarganya. Umumnya remaja ini lebih senang menyendiri atau bergaul dengan orang tertantu saja, ada juga yang minder dan sulit berinteraksi dengan teman sebayanya. Sementara keluarga yang tidak memberikan kehangatan dan ikatan emosi pada anak, cenderung memengaruhi remaja berusaha keras mengikat diri dengan orang lain (yang berarti baginya) dan secara penuh mengikuti aturan kelompok tersebut (tanpa membedakan mana perilaku yang salah atau benar). Keluarga yang memberikan kehangatan dan ikatan emosi yang tidak berlebihan dan senantiasa memberi dukungan positif dapat membantu anak mengembangkan ikatan lain di luar keluarga secara lebih baik. Remaja mampu menentukan kapan ia harus mengikuti kelompoknya dan kapan harus menolak ajakan dari teman sebayanya shingga remaja tersebut akan terbebas dari tekanan teman sebaya untuk melakukan hal – hal negatif. 
b.      Pengelompokan sosial baru
Kelompok remaja yang beranggotakan laki–laki biasanya lebih besar dan tidak terlalu akrab, sedangkan kelompok remaja perempuan lebih kecil dan lebih akrab. Remaja laki–laki cenderung lebih banyak berbagi pengalaman atau topik–topik tertentu yang menarik (olah raga, musik, film, teknologi dan lainnya), umumnya mereka jarang berbagi perasaan atau emosi pada teman sebayanya, sedangkan remaja perempuan lebih bisa berbagi pengalaman dan perasaan.

Referensi:
- Kusmiran, Eny. 2011. Kesehatan Reproduksi remaja dan Wanita. Bandung : Salemba Medika.

Filosofi Asuhan Antenatal


Filosofi Asuhan Antenatal
Pada prinsipnya filosofi asuhan kehamilan merujuk pada filosofi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan antara lain menyatakan bahwa:
a.    Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal. Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi.
b.    Setiap perempuan berkepribadian unik, dimana terdiri atas bio, psiko, sosial yang berbeda, sehingga dalam memperlakukan pasien/klien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak boleh disamakan.
c.    Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru lahir. Ini dapat dilakukan dengan berbagai upaya baik promosi kesehatan melalui penyuluhan atau konseling pemenuhan kebutuhan ibu hamil meupun dengan upaya preventif misal pemberian imunisasi  ibu hamil dan pemberian TT pada ibu hamil dan pemberian tablet tambah darah dan lain sebgaianya.
d.    Perempuan mempunyai hak memilih dan memutuskan tentang kesehatan, siapa dan dimana mendapatkan pelayanan kesehatan.
e.    Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan).
f.     Mendukung dan menghargai proses fisiologi, intervensi dan penggunaan teknologi dilakukan hanya atas indikasi.
g.    Membangun kemitraan dengan profesi lain untuk memberdayakan perempuan.

Referensi :
- Kusmiyati, Yuni. 2010. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Fitramaya. Yogyakarta.

Puskesmas


PUSKESMAS
1.    Pengertian Puskesmas
      Puskesmas adalah unit pelaksanan teknis Dinas Kesehatan Kab/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.
2.    Fungsi Puskesmas
a.    Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
b.    Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan.
c.    Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
3.    Kegiatan Pokok Puskesmas
a.    Kesehatan Ibu dan Anak
b.    Keluarga Berencana
c.    Gizi
d.    Kesling
e.    Pencegahan dan pemberantasan penyakit
f.     Balai pengobatan dan UGD
g.    Penyuluhan kesehatan masyarakat
h.    Kesehatan olah raga
i.      Perawatan kesehatan masyarakat
j.      Usaha kesehatan sekolah
k.    Kesehatan kerja
l.      Kesehatan gigi dan mulut
m.  Kesehatan jiwa
n.    Kesehatan mata
o.    Laboratorium sederhana
p.    Pencatatan dan pelaporan
q.    Kesehatan lansia
r.     Pembinaan kesehatan tradisional
s.    Kesehatan remaja
t.      Dana sehat (JPKM).
4.    Kedudukan Puskesmas
a.    Sistem ketahanan nasional
Kedudukan puskesmas dalam sistem Ketahanan Nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan uapaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
b.    Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintahan kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelnggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
c.    Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan puskesmas dalam sitem pemerintah daerah adalah sebagai unit pelaksanan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
d.    Antar sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama
Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktik dokter, praktik dokter gigi, praktik bidan, poliklinik, dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama ini adalah sebagai mitra.

Referensi:
- Syafrudin, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat  Untuk Mahasiswa Kebidanan. TIM. Jakarta.