Kamis, 26 Januari 2012

Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III




KETIDAKNYAMANAN PADA TRIMESTER III

*      Sesak nafas
Penyebab :
·         Uterus yang membesar sehingga diagfragma terdorong ke atas
Cara mengatasi  :
·         Postur tubuh yang baik
·         Saat tidur, tambahkan bantal
·         Hindari makan terlalu kenyang      
*      Susah tidur
Penyebab :
·         Gerakan janin
·         Kram otot
·         Sering berkemih
·         Sesak napas
Cara mengatasi :
·         Pijat punggung
·         Relaksasi
·         Topang bagian-bagian tubuh dengan bantal
*      Sering berkemih
Penyebab :
·         Pengaruh hormone
·         Tekanan bagian terendah janin
Cara mengatasi :
·         Latihan Kegel
·         Batasi minum sebelum tidur

*      Tekanan pada perineum
Penyebab :
·         Pembesaran rahim
Cara mengatasi :
·         Istirahat
·         Relaksasi
*      Kontraksi Braxton His (kram pada perut)
Penyebab :
·         Persiapan persalinan
Cara mengatasi :
·         Istirahat
·         Relaksasi
*      Bengkak pada kaki
Penyebab :
·         Pembesaran rahim
·         Berdiri terlalu lama
Cara mengatasi :
·         Istirahat dengan tungkai agak ditinggikan

REFERENSI 
Bobak,dkk. Keperawatan Maternitas. 2005. EGC : Jakarta







Cara Menyusui Yang Benar



CARA MENYUSUI YANG BAIK & BENAR

Persiapan  pengeluaran ASI bisa dengan
1. Membersihkan puting susu baik dengan air atau minyak
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga bentuknya yang makin menonjol, bisa memudahkan bayi

Posisi menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Langkah-langkah menyusui yang benar
1.      Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
2.      Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
3.      Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
4.       Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
  1. Bayi tampak tenang.
  2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
  3. Mulut bayi terbuka lebar.
  4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
  5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
  6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
  7. Puting susu tidak terasa nyeri.
  8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
  9. Kepala bayi agak menengadah.
Tanda-tanda belum menyusui bayi dengan benar:
  • Kepala bayi Anda tidak lurus dengan badannya
  • Bayi hanya menyusu pada putting susu Anda, tidak menyusu pada areola dengan puting susu masuk jauh ke belakang mulutnya
  • Bayi menyusu dengan ringan, cepat dan gugup, tidak menyusu dengan sungguh-sungguh dan teratur
  • Pipinya berkerut ke arah dalam atau Anda mendengar suara “cik-cik”
  • Anda tidak mendengar bayi anda menelan secara teratur setelah produksi air susu meningkat 
Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

REFERENSI

Pendidikan Kesehatan Bagi Ibu Nifas


PENDIDIKAN KESEHATAN BAGI IBU NIFAS
*      Kebersihan Diri
·         Menjaga kebersihan seluruh tubuh à mandi 2 kali sehari, mengganti pakaian jika lembab
·         Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
·         Membersikan daerah genital dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus
·         Mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari
·         Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membesrihkan daerah kelamin
·         Jika mempunyai luka laserasi hindari menyentuh daerah luka

*      Istirahat
·         Istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, istirahat ketika bayi lagi tidur à ± 2 jam di siang hari dan 8 jam di  malam hari
·         Kurang istirahat akan mempengaruhi :
-          Produksi ASI menurun
-          Involusi (penurunan rahim) terganggu à dapat menyebabkan perdarahan
-          Depresi

*      Latihan
·         Tidur telentang dengan lengan di samping menarik otot perut waktu menarik nafas, tahan napas dalam dan angkat dagu ke dada, tahan sampai hitungan ke lima. Ulangi sampai 10 kali
·         Latihan Kegel
·         Berdiri dan tungkai dirapatkan, kencangkan otot, pantat, dan pinggul, tahan sampai 5 hitungan. Ulangi sebanyak 5 kali
·         Untuk mengencangkan otot perut dan panggul
·         Setiap pekan naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak

*      Gizi
·         Tambahan 500 kalori tiap hari
·         Makan dengan diet seimbang à makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah.
·         Minum setidaknya 3 liter air setiap hari ( ± 12 gelas sedang )
·         Pil zat besi diminum selama 40 hari setelah bersalin
·         Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada bayi lewat ASI-nya


REFERENSI 
 *     YBP-SP. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP : Jakarta





Rabu, 25 Januari 2012

Kala III Persalinan



A.   Batasan Kala III
Persalinan kala III adalah tahapan persalinan setelah anak lahir sampai lahirnya seluruh plasenta dan selaput ketuban.

B.   Durasi Persalinan Kala III
Umumnya persalinan kala III berlangsung kurang dari 30 menit, sebagian besar berlangsung sekitar 2 – 5 menit.

C.   Proses terlepasnya plasenta
Pada kala III persalinan, otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat plasenta karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil sedangakan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal, tetapi pada sisi perlekatan tidak mampu menahan tekana dan melengkung. Akibatnya terjadi pelepasan plasenta dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan keluar melewati serviks ke ruang vagina atau ke bagian bawah uterus

D.   Mekanisme Pengeluaran Plasenta
Pengeluaran plasenta ada dua mekanisme :
a.    Schultze adalah pelahiran plasenta dengan presenetase sisi janin. Terjadi ketika pelepasan dimulai dari tengah disertai pembentukan bekuan retroplasenta sentral yang mempengaruhi berat plasenta sehingga bagian sentral turun terlebih dahulu. Hal ini menyebakan plasenta dan kantong amnion terbalik dan menyebabkan membrane melepaskan sisa desidua dan tertinggal di belakang plasenta. Pendarahan sampai plasenta dan membran lahir tidak nampak karena membran yang terbalik menangkap dan menahan darah.
b.    Duncan adalah pelahiran plasenta dengan presentasi sisi maternal. Presentasi ini di duga terjadi akibat pelepasan pertama kali terjadi pada bagian pinggir atau perifer plasenta. Darah keluar diantara membrane dan dinding uterus dan terlihat secara eksternal. Plasenta dan kantong amnion turun ke samping, oleh karena itu tidak terbalik tetapi tertinggal di belakang plasenta untuk pelahiran. Oleh karena itu pendarahan nampak.

E.   Tanda-Tanda Pelepasan Plasenta
Beberapa tanda klinis lepasnya plasenta:
1.     Tetesan atau pancaran kecil darah yang mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kimpulan darah(retroplacental pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
2.    Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus uteri biasanyadi bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat(seiring mengarah ke sisi kanan).
3.    Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.

Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat implantasinya, di pakai bebarapa perasat antara lain:
1.    Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan,tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus.
2.    Perasat Strassman
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetuk fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang di regangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta sudah lepas dari dinding uterus.
3.    Perasat FLein
Wanita di suruh mengedan. Tali pusat tampak turun ke bawah. Bila pengedanannya di hentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak masuk berarti sudah lepas dari dinding uterus.


F.    MANAJEMEN AKTIF KALA III
1.    Tujuan
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksaan fisiologis.
Karena penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri yang dapat dicegah dengan penanganan manajemen aktif kala III

2.    Cara
Untuk melahirkan plasenta dapat menggunakan manajemen aktif kala III yang terdiri dari tiga langkah utama:
a.    Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.
b.    Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
c.    Masase fundus uteri.

1.1.        Pemberian Suntikan Oksitosin
1.    Letakkan bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah di siapkan di perut bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut.
2.    Pastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) di dalam uterus.
3.    Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik.
4.    Segera (1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitosin 10 unit 1M pada 1/3 bagian atas paha bagian luarr (aspektus lateralis) 
5.  Dengan mengerjakan semua prosedur tersebut terlebih dahulu maka akan member cukup waktu pada bayi memperoleh sejumlah  darah kaya zat besi dan setelah itu (setelah 2 menit) baru dilakukan  tindakan penjepitan dan pemotongan tali pusat.

6.    Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusu diri dan kontak kulit dengan ibu.
7.    Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain.

2.1.        Peneganagan Tali Pusat Terkendali
1.    Berdiri di samping ibu.
2.    Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala II) pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
3.    Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tanagn ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat kemudian tangan pada didinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso kranial) korpus. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya inversion uteri
4.    Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga badan kontraksi yang kuat (sekitar dua atau tiga menit)
5.    Pada saat kontraksi mulai (uterus menjadi bulat atau tali pusat memanjang) tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah (dengan hati-hati) bersamaan dengan itu, lakukan penekanan korpus uteri kea rah bawah dan cranial hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya

6.    Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali puzat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.
a.    Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu smapai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta
b.    Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan lakukan tekanan berlaawanan arah pada uterus secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus
7.    Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran sehingga plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat kearah bawah mengikuti arah jalan lahir
8.    Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek pegang palsenta dengan kedua tangan rata dan lembut, putar plasenta hingga selaput terpilin
9.    Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban
  
10. Jika terjadi robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem atau cunam DTT atau steril untuk keluarkan selaput ketuban yang dapat dicapai dengan jari-jari tangan tersebut
  
3.1.        Rangsangan taktil fundus uteri
Segera setelah kelahiran plasenta, lakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri
1.    Letakkan telapak tangan pada fundus uteri
2.    Jelaskan tindakan ini kepada ibu, katakana bahwa ibu mungkin merasa kurang nyaman. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam, perlahan dan berlaku tenang
3.    Dengan lebut tapi mantap, gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri sekeliling uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan panatalaksanaan atonia uteri
4.    Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
a.    Periksa sisi maternal plasenta (yang menempel pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang)
b. Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang
c.    Periksa plasenta bagian fetal (yang menghadap ke janin) untuk memastikan tidak ada kemungkinan lubang ekstra (suksenturiata)
d.    Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
5.    Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik. Jika uterus masih belum berkontraksi, ulangi rangsangan taktil uterus sehingga segera dapat diketahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik
6.    Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pasca persalinan


G.   Kebutuhan Ibu Pada Kala III
Segera setelah bayi lahir, bayi diletakkan diperut ibu untuk dikeringkan tubuhnya kecuali kedua telapak tangan, selanjutnya bayi akan diselimuti dan diletakkan didada ibu untuk selanjutnya berusaha mencari putting susu ibu. Selama kala III ibu sangat membutuhkan kontak kulit dengan bayi, dengan IMD maka kontak kulit yang terjalin dapat memberikan ketenangan tersendiri pada ibu, selain itu manfaat IMD lainnya adalah menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat, dan dapat membantu kontraksi uterus melalui tendangan-tendangan embut dari kaki bayi.
Kebutuhan ibu pada kala III
1.    Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping
2.    Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui
3.       Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan dilakukan
4.       Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran plasenta
5.    Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah dan air ketuban
6.       Hidrasi



STUDI KASUS

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. “I” PERSALINAN KALA III
DI PKM MAMAJANG MAKASSAR
TANGGAL 15 MARET 2010


Subjektif (S)
1.    Nyeri perut bagian bawah masih terasa
2.    Merasa senang dengan kelahiran bayinya
3.    Pengeluaran darah dari jalan lahir

Objektif (O)
1.    Bayi lahir spontan tanggal 15 Maret 2010 pukul 06.07 WITA
2.    TFU setinggi pusat
3.    Kontraksi uterus keras dan bundar
4.    Tampak semburan darah dari jalan lahir
5.    Tali pusat bertambah panjang

Assesment (A)
Persalinan kala III, keadaan ibu dan bayi baik

Planning (P)
Tanggal 15 Maret 2009 pukul 06.08 WITA
1.    Memeriksa fundus uteri ;TFU setinggi pusat  jari di bawah pusat menandakan janin tunggal
2.    Memberitahu ibu akan disuntik
3.    Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada paha bagian luar 1/3 bagian atas
4.    Melakukan penegangan tali pusat terkendali
5.    Melahirkan plasenta dan selaput ketuban; plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap pukul 06.10 WITA
6.    Melakukan sekaligus mengajarkan ibu untuk masase fundus ; uterus teraba keras dan bundar



DAFTAR PUSTAKA


1.    JNPK-KR. 2008. Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Dekpker RI
2.    Varney Helen dkk. 2007. Guku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2 Edidi 4. EGC: Jakarta
3.    Sarwono Prawirohardjo. 2006. Ilmu Kebidanan. YBP.SP: Jakarta
4.    Sulistyawati, Ari dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika