Minggu, 12 Februari 2012

Ca Ovarium


Ca Ovarium
1.    Pengertian
Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim (kanker) pada satu atau dua bagian indung telur (Conectique.com, 2008, diakses tanggal 28 Mei 2009).
2.    Etilologi kanker ovarium (Busmar, 2006:469)
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan etiologi kanker ovarium.
a.    Hipotesis Incessant Ovulation
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla tahun 1972 yang menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
b.    Hipotesis gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan meningkat. Peningkatan kadar gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut. 
c.    Hipotesis androgen
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Risch pada tahun 1998 yang mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel. Dalam penelitian epidemiologi juga ditemukan tingginya kadar androgen dalam darah penderita kanker ovarium.
d.    Hipotesis progesteron
Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita pascamenopause akan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan risikonya. Akan tetapi, pemakaian depo medrosiprogesteron asetat ternyata tidak menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium.
e.    Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi memiliki risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada nullipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7. Pada wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nullipara.
f.     Pil kontrasepsi
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil kontrasespsi yaitu dengan risiko relatif 0,6.
g.    Talk
Pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah perineum dilaporkan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 1,9. Akan tetapi, penelitian prospektif yang mencakup kohort 78.000 wanita ternyata tidak mendukung teori di atas.
h.    Ligasi tuba
Pengikatan tuba ternyata menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 0,3.
i.      Terapi Hormon Pengganti pada masa menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada masa menopause dengan estrogen saja selama 10 tahun akan meningkatkan risiko relatif 2,2. Pemakaian terapi pengganti hormon dengan estrogen yang kemudian diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan meningkatnya risiko relatif menjadi 1,5.
j.      Obat-obat yang meningkatkan kesuburan
Obat-obat yang meningkatkan fertilitas akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multipel ovulasi.
k.    Faktor herediter
Dari studi metanalisis tahun 1988 ditemukan risiko relatif yang meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis pertama. Ibu dari penderita kanker ovarium risiko relatifnya 1,1, saudara perempuan risiko relatifnya 3,8, anak dari penderita kanker ovarium risiko relatifnya 6.
3.    Faktor risiko kanker ovarium
a.    Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
b.    Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
c.    Wanita di atas usia 50 tahun
d.    Wanita yang tidak memilki anak (nullipara)
e.    Wanita yang memiliki anak lebih dari 35 tahun (Ari, 2008).
4.    Patofisiologi kanker ovarium
Penyebab kanker ovarium masih belum diketahui secara pasti, (Ari, 2008). Namun teori yang banyak dianut adalah teori Fathalla yang menyatakan bahwa diperkirakan pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor (Busmar, 2006:469).
 Pada kejadian ini, beberapa orang dapat terjadi mutasi gen yang menjadi karsinogenik. Kejadian mutasi gen akan makin meningkat pada keluarga yang mempunyai sejarah herediter karsinoma (Manuaba, 2005:461) 
5.    Gejala kanker ovarium
Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. (Busmar, 2006:474).
 Gejala kanker ovarium yang sering ditemukan :
a.    Nyeri perut (50,8%)
b.    Perut buncit (49,5%)
c.    Gangguan fungsi saluran cerna (21,6%)
d.    Berat badan turun secara nyata (17,5%)
e.    Perdarahan pervaginam yang tidak normal (17,1%)
f.     Gangguan saluran kencing (16,4%)
g.    Rasa tertekan pada rongga panggul (5,0%)
h.    Nyeri punggung (4,9%)
i.      Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut (2,8%)
(Yatim, 2008:32).
6.    Klasifikasi histologi (Rasjidi, 2007:86).
a.    Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika terjadi keganasan maka disebut epitelial ovarium carcinomas yang merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor yang berpotensi ganas. (Ari, 2008)
Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
1)    Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
2)    Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya bervariasi)
3)    Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)
4)    Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
5)    Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
b.    Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal  (Ari, 2008).
Germ cell terdiri atas :
a.    Disgermioma
b.    Mixed germ cell tumor
c.    Teratoma imatur
d.    Koriokarsinoma
e.    Endodermal sinus tumor
f.     Embrional karsinoma
c.    Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa tumor. Tipe lainnya adalah sertoli-leydig.
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan (Ari, 2008).
7.    Penyebaran kanker oavarium (Busmar, 2006:484)
Kanker ovarium dapat menyebar dengan cara sebagai berikut :
a.     Penyebaran transcoelomic
Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul. Selanjutnya sel-sel tumor yang mengalami eksfoliasi akan menyebar sepanjang permukaan peritoneum kavum abdomen (trancoelomic) mengikuti aliran cairan peritoneum. Aliran cairan peritoneum karena pengaruh gerakan pernapasan akan mengalir dari pelvis ke fossa paracolica, terutama yang kanan, ke mesentrium dan ke hemidiagfragma kanan. Oleh karena itu, metastasis sering ditemukan di kavum douglasi, fossa paracolica, hemidiagfagma kanan, kapsul hepar, peritoneum usus, dan mesentrium, dan omentum.
b.    Penyebaran limfatik
Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh getah bening yang berasal dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum infundibulo pelvikum, sel-sel kanker dapat menyebar mencapai kelenjar getah bening di sepanjang aorta dan kelenjar getah bening interkavoartik. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh darah di ligamentum latum dan parametrium, sel-sel kanker dapat pula mencapai kelenjar getah bening di dinding panggul. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti ligamentum rotundum, sel-sel kanker dapat mencapai kelenjar getah bening di daerah inguinalis. Metastasis ke kelenjar getah bening ini sangat bergantung pada stadium penyakit. Dilaporkan pada 78% penderita kanker ovarium stadium III ditemukan metastasis pada kelenjar getah bening pelvis.
c.    Penyebaran hematogen
Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang sekali terjadi. Bila terjadi, penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru dan hepar 2-3 % kasus.
d.    Transdiagfragma
Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas dapat menembus diagfragma sebelah kanan sehingga mencapai rongga pleura. Implantasi sel-sel tumor ganas di rongga pleura akan menimbulkan efusi pleura. Penemuan sel tumor ganas pada cairan efusi pleura merupakan salah satu kriteria untuk menetapkan penderita kanker ovarium di stadium IV.
8.    Prognosis
Prognosis tergantung pada gambaran histologik dan stadium klinik tumor. Angka harapan hidup dalam 5 tahun :
a.    Stadium I             : 90%
b.    Stadium II            : 80%
c.    Stadium III           : 15%
d.    Stadium IV          : 5% (health.meanschatzi.com, 2006, diakses tanggal 30 April 2009).
9.    Stadium kanker ovarium (Abeloff, 2004:2313).
Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Obstetrics and Gynecology (FIGO).
a.    Stadium I
Pertumbuhan terbatas pada ovarium
1)    Ia : pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak ada pertumbuhan pada permukaan luar.
2)    Ib : pertumbuhan pada 2 ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak ada pertumbuhan pada permukaan luar.
3)    Ic : pertumbuhan terbatas pada 1 atau 2 ovarium dengan tumor pada permukaan, kapsul ruptur, dan ascites atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas.
b.    Stadium II
Perluasan ke panggul
1)     IIa : penyebaran ke uterus atau tuba.
2)     IIb : penyebaran ke jaringan panggul lainnya.
3)     IIc : stadium IIa dan IIb dengan tumor pada permukaan, kapsul ruptur, dan ascites atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas.
c.    Stadium III
Implantasi peritoneum di luar panggul dan/atau adanya nodus retroperitoneal atau inguinal.
1)    IIIa : tumor terbatas pada panggul sejati, tanpa nodus, penyebaran mikroskopis pada peritoneum abdomen.
2)    IIIb : implantasi pada peritoneum abdominal ≤ 2 cm, tanpa nodus.
3)    IIIc : terdapat implantasi abdominal > 2 cm dengan adanya nodus retroperitoneal dan inguinal.
d.    Stadium IV
Metastase jauh
10. Diagnosa
a.    Anamnesis
1)    Umur pasien
2)    Jumlah paritas
3)    Umur pertama kali memiliki anak
4)    Riwayat keluarga yang mengalami kanker ovarium, kanker kolon, kanker endometrial, dan dan kanker payudara.
5)    Riwayat penggunaan kontrasepsi hormonal
6)    Nafsu makan dan penurunan berat badan
7)    Nyeri abdomen bagian bawah
8)    Benjolan pada perut bagian bawah
9)    Perdarahan pervaginam
10) Perkemihan
11) Nyeri pada punggung
b.    Pemeriksaan pelvik
1)    Teraba tumor padat
2)    Tumor bersifat ireguler dan terfiksir
3)    Terdapat asites
c.    Radiologi
1)    USG  transvaginal (Ultrasonografi Transvaginal)
Pemakaian USG transvaginal dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik. Morfologi tumor ovarium yang diperiksa terdiri atas tiga kategori, yaitu volume tumor, struktur dinding tumor, dan struktur septum tumor. Pemakaian USG transvaginal dapat membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas.
2)    CT Scan (Computed Tomography Scanning)
Pemakaian CT-scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan CT-scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut. Akan tetapi, CT-scan kurang disenangi karena risiko radiasi, risiko alergi terhadap zat kontras, kurang tegas dalam membedakan tumor kistik dengan tumor padat, serta biayanya mahal.
3)    MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Jika dibandingkan dengan CT-scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik. CT-scan lebih dianjurkan dalam mengevaluasi kanker ovarium.
d.    Tes darah khusus
1)    CA-125
CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom dan epitel amnion. Permukaan epitel ovarium fetus dan dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan papiler. Kadar normal yang paling tinggi untuk CA 12 adalah 35 U/ml. Pada 83% penderita kanker ovarium epitelial, kadar CA 125 adalah ≥35 U/ml. kadar CA 125 yang meningkat ditemukan pada 50% kanker ovarium stadium I dan pada 90% penderita kanker ovarium epitelial stadium lanjut.
2)    CA 72-4 atau TAG 72
Cancer Antigen 72 atau Tumor Associated Glycoprotein adalah suatu glycoprotein surface antigen yang ditemukan pada kanker kolon, kanker gaster, dan kanker ovarium. Terutama meningkat pada tumor jenis musinosum.
3)    M-SCF
Serum macrophage colony-stimulating factor (factor yang menstimulasi koloni makrofrag) adalah sitokin yang dihasilkan oleh epitel ovarium normal dan neoplastik. Kadarnya meningkat pada 68% penderita kanker ovarium.
4)    OVX1
Adalah antibody monoklonal. Kombinasi pemeriksaan OVX1 dengan M-SCF dan CA 125 akan meningkatkan sensivitas pada penderita kanker ovarium jika disbanding pemeriksaan CA 125 saja.
5)    LPA
Lysophostidic acid (LPA) adalah suatu fosfolipid bioaktif. Peningkatan LPA ditemukan pada 9 dari 10 penderita kanker ovarium stadium I dan pada semua penderita kanker ovarium stadium IV.
6)    Proteasin
Kombinasi pemeriksaan dengan CA 125 meningkatkan sensivitas menjadi 92% dan spesifitas menjadi 94% dalam deteksi kanker ovarium jenis mukinosum. (Busmar, 2006:490)
7)    Osteopontin
8)    Inhibin
9)    Kallikrein
10) LDH
11) HCG
12) AFP (penanda tumor sel germinal)
e.    Laparoskopi
f.     Laparotomi
g.    Foto rontgen dada dan tulang
h.    Scan kelenjar getah bening
i.      Scan traktus urinarus
(detak.org, 2008, diakses tanggal 13 Januari 2009.).
11. Diagnosa banding
a.    Kanker lambung
b.    Kanker kolon
c.    Asites
d.    Kehamilan ektopik
e.    Kandung kemih yang menggembung (health.meanschatzi.com, 2006, diakses tanggal 30 April 2009).
12. Pengobatan
a.    Stadium IA dan IB
Pembedahan :
1)    Ooforektomi + reseksi tumor
2)    Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral + omentektomi
b.    Stadium IC
1)    Pembedahan
a)    Ooforektomi + reseksi tumor
b)    Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral + omentektomi
2)    Terapi radiasi : radoisotop intraperitoneal
3)    Kemoterapi : kombinasi Cis platinum dan endoxan
c.    Stadium II
1)    Pembedahan
a)    Ooforektomi + reseksi tumor
b)    Histerektomi + salpingoooforektomi bilateral + omentektomi, eksisi,adhesi, biopsi diagfragma dan pelvis
2)    Terapi radiasi defenitif pada seluruh abdomen/pelvis
3)    Kemoterapi
d.    Stadium III
1)    Pembedahan : sitoreduktif
2)    Terapi radiasi paliatif
3)    Kemoterapi
e.    Stadium IV
1)    Pembedahan : debulking
2)    Terapi radiasi paliatif
3)    Kemoterapi
f.     Relaps dan rekuren
1)    Pembedahan : second look laparatomy
2)    Terapi radiasi paliatif
3)    Kemoterapi
(health.meanschatzi.com, 2006, diakses tanggal 30 April 2009).
13. Pencegahan
Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari kanker ovarium. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi:
a.    Pemeriksaan klinis ginekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium.
b.    Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah.
c.    Pemeriksaan petanda tumor (tumor marker).
d.    Pemeriksaan CT Scan/MRI bila dianggap perlu
Pemeriksaan tersebut di atas sangat dianjurkan terutama terhadap wanita yang mempunyai risiko akan terjadinya kanker ovarium, yaitu :
a.    Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil
b.    Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
c.    Wanita penderita kanker payudara dan kolon
(berbagisehat.com, 2008, diakses tanggal 26 Mei 2009).

Referensi:
 Anonim, 2008, A-Z Kanker Indung Telur , http://www.Conetique.com diakses 28 Mei 2008
Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid, dkk., Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.
Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat dengan Tingkat Kesuburan yang Rendah. http://www.berbagisehat.com  diakses tanggal 26 Mei 2009.
Ari. 2008. Karsinoma Ovarium. http://www.detak.org   diakses tanggal 13 Januari 2009.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2005. Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta
Rasjidi, Imam, 2007, Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan Evidence Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Yatim, Faisal, 2008, Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler Obor. Jakarta.
Abeloff, Martin MD, dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third Edition. Elsevier Churchill Livingstone. United States of America.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar