Ca Ovarium
1. Pengertian
Kanker
indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim (kanker)
pada satu atau dua bagian indung telur (Conectique.com, 2008, diakses tanggal
28 Mei 2009).
2. Etilologi
kanker ovarium (Busmar, 2006:469)
Ada beberapa teori yang mencoba
menjelaskan etiologi kanker ovarium.
a. Hipotesis
Incessant Ovulation
Teori ini pertama kali diperkenalkan
oleh Fathalla tahun 1972 yang menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi,
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang
sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi
ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
b. Hipotesis
gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan
dari percobaan binatang dan data epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk
perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada
percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi
perifer, kadar hormon gonadotropin akan meningkat. Peningkatan kadar
gonadotropin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor
ovarium pada binatang tersebut.
c. Hipotesis
androgen
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh
Risch pada tahun 1998 yang mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting
dalam terbentuknya kanker ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel
ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan invitro androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium
epitel dalam kultur sel. Dalam penelitian epidemiologi juga ditemukan tingginya
kadar androgen dalam darah penderita kanker ovarium.
d. Hipotesis
progesteron
Pemberian pil yang mengandung estrogen
saja pada wanita pascamenopause akan meningkatkan risiko terjadinya kanker
ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan progesteron akan menurunkan
risikonya. Akan tetapi, pemakaian depo medrosiprogesteron asetat ternyata tidak
menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium.
e. Paritas
Penelitian menunjukkan bahwa wanita
dengan paritas tinggi memiliki risiko terjadinya kanker ovarium yang lebih
rendah daripada nullipara, yaitu dengan risiko relatif 0,7. Pada wanita yang
mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, risiko terjadinya kanker ovarium
berkurang sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nullipara.
f. Pil
kontrasepsi
Penelitian dari Center for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya
kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil
kontrasespsi yaitu dengan risiko relatif 0,6.
g. Talk
Pemakaian talk (hydrous magnesium silicate) pada daerah perineum dilaporkan
meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 1,9. Akan
tetapi, penelitian prospektif yang mencakup kohort 78.000 wanita ternyata tidak
mendukung teori di atas.
h. Ligasi
tuba
Pengikatan tuba ternyata menurunkan
risiko terjadinya kanker ovarium dengan risiko relatif 0,3.
i. Terapi
Hormon Pengganti pada masa menopause
Pemakaian terapi hormon pengganti pada
masa menopause dengan estrogen saja selama 10 tahun akan meningkatkan risiko
relatif 2,2. Pemakaian terapi pengganti hormon dengan estrogen yang kemudian
diikuti dengan pemberian progestin, ternyata masih menunjukkan meningkatnya
risiko relatif menjadi 1,5.
j. Obat-obat
yang meningkatkan kesuburan
Obat-obat yang meningkatkan fertilitas
akan menginduksi terjadinya ovulasi atau multipel ovulasi.
k. Faktor
herediter
Dari studi metanalisis tahun 1988
ditemukan risiko relatif yang meningkat dan berbeda pada anggota keluarga lapis
pertama. Ibu dari penderita kanker ovarium risiko relatifnya 1,1, saudara
perempuan risiko relatifnya 3,8, anak dari penderita kanker ovarium risiko
relatifnya 6.
3. Faktor
risiko kanker ovarium
a. Riwayat
keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
b. Riwayat
keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
c. Wanita
di atas usia 50 tahun
d. Wanita
yang tidak memilki anak (nullipara)
e. Wanita
yang memiliki anak lebih dari 35 tahun (Ari, 2008).
4. Patofisiologi
kanker ovarium
Penyebab kanker ovarium masih belum
diketahui secara pasti, (Ari, 2008). Namun teori yang banyak dianut adalah
teori Fathalla yang menyatakan bahwa diperkirakan pada saat terjadi ovulasi,
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang
sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi
ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu sehingga dapat
menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor (Busmar, 2006:469).
Pada
kejadian ini, beberapa orang dapat terjadi mutasi gen yang menjadi
karsinogenik. Kejadian mutasi gen akan makin meningkat pada keluarga yang mempunyai
sejarah herediter karsinoma (Manuaba, 2005:461)
5. Gejala
kanker ovarium
Pada stadium dini gejala-gejala kanker
ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker ovarium sudah dalam stadium
lanjut. (Busmar, 2006:474).
Gejala kanker ovarium yang sering ditemukan :
a. Nyeri
perut (50,8%)
b. Perut
buncit (49,5%)
c. Gangguan
fungsi saluran cerna (21,6%)
d. Berat
badan turun secara nyata (17,5%)
e. Perdarahan
pervaginam yang tidak normal (17,1%)
f. Gangguan
saluran kencing (16,4%)
g. Rasa
tertekan pada rongga panggul (5,0%)
h. Nyeri
punggung (4,9%)
i. Penderita
bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut (2,8%)
(Yatim, 2008:32).
6. Klasifikasi
histologi (Rasjidi, 2007:86).
a. Epithelial
(65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari
permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial
adalah jinak, namun jika terjadi keganasan maka disebut epitelial ovarium
carcinomas yang merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab kematian
terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis
tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor borderline
atau tumor yang berpotensi ganas. (Ari, 2008)
Berikut adalah beberapa kanker epithelial :
1) Serosa
(20%-50%, kebanyakan ganas)
2) Muscinosa
(15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya bervariasi)
3) Endometrioid
(5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)
4) Clear cell (5%,
prognosisnya sangat buruk)
5) Brenner
(2%-3%, kebanyakan jinak)
b. Germ cell (25%
dari semua kanker ovarium).
Tumor sel germinal berasal dari sel yang
menghasilkan ovum, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa
menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan
tumor sinus endodermal (Ari, 2008).
Germ cell terdiri
atas :
a. Disgermioma
b. Mixed germ cell tumor
c. Teratoma
imatur
d. Koriokarsinoma
e. Endodermal
sinus tumor
f. Embrional
karsinoma
c. Sex cord stromal (5%
dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa tumor. Tipe lainnya
adalah sertoli-leydig.
Tumor ovarium stromal berasal dari
jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis
tumor ini jarang ditemukan (Ari, 2008).
7. Penyebaran
kanker oavarium (Busmar, 2006:484)
Kanker ovarium dapat menyebar dengan cara sebagai berikut
:
a. Penyebaran transcoelomic
Penyebaran dimulai apabila tumor telah menginvasi kapsul.
Selanjutnya sel-sel tumor yang mengalami eksfoliasi akan menyebar sepanjang
permukaan peritoneum kavum abdomen (trancoelomic)
mengikuti aliran cairan peritoneum. Aliran cairan peritoneum karena pengaruh
gerakan pernapasan akan mengalir dari pelvis ke fossa paracolica, terutama yang
kanan, ke mesentrium dan ke hemidiagfragma kanan. Oleh karena itu, metastasis
sering ditemukan di kavum douglasi, fossa
paracolica, hemidiagfagma kanan, kapsul hepar, peritoneum usus, dan
mesentrium, dan omentum.
b. Penyebaran
limfatik
Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh
getah bening yang berasal dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang
mengikuti pembuluh darah di ligamentum infundibulo pelvikum, sel-sel kanker
dapat menyebar mencapai kelenjar getah bening di sepanjang aorta dan kelenjar
getah bening interkavoartik. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti
pembuluh darah di ligamentum latum dan parametrium, sel-sel kanker dapat pula
mencapai kelenjar getah bening di dinding panggul. Melalui pembuluh getah
bening yang mengikuti ligamentum rotundum, sel-sel kanker dapat mencapai kelenjar
getah bening di daerah inguinalis. Metastasis ke kelenjar getah bening ini
sangat bergantung pada stadium penyakit. Dilaporkan pada 78% penderita kanker
ovarium stadium III ditemukan metastasis pada kelenjar getah bening pelvis.
c. Penyebaran
hematogen
Penyebaran hematogen dari kanker ovarium jarang sekali
terjadi. Bila terjadi, penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru dan
hepar 2-3 % kasus.
d. Transdiagfragma
Cairan asites yang mengandung sel-sel tumor ganas dapat
menembus diagfragma sebelah kanan sehingga mencapai rongga pleura. Implantasi
sel-sel tumor ganas di rongga pleura akan menimbulkan efusi pleura. Penemuan
sel tumor ganas pada cairan efusi pleura merupakan salah satu kriteria untuk
menetapkan penderita kanker ovarium di stadium IV.
8. Prognosis
Prognosis tergantung pada gambaran
histologik dan stadium klinik tumor. Angka harapan hidup dalam 5 tahun :
a. Stadium
I : 90%
b. Stadium
II : 80%
c. Stadium
III : 15%
d. Stadium
IV : 5% (health.meanschatzi.com,
2006, diakses tanggal 30 April 2009).
9. Stadium
kanker ovarium (Abeloff, 2004:2313).
Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Obstetrics and Gynecology (FIGO).
a. Stadium
I
Pertumbuhan terbatas pada ovarium
1) Ia :
pertumbuhan terbatas pada 1 ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak ada
pertumbuhan pada permukaan luar.
2) Ib :
pertumbuhan pada 2 ovarium, tidak ada ascites, kapsul utuh, tidak ada pertumbuhan
pada permukaan luar.
3) Ic :
pertumbuhan terbatas pada 1 atau 2 ovarium dengan tumor pada permukaan, kapsul
ruptur, dan ascites atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas.
b. Stadium
II
Perluasan ke panggul
1) IIa
: penyebaran ke uterus atau tuba.
2) IIb
: penyebaran ke jaringan panggul lainnya.
3) IIc
: stadium IIa dan IIb dengan tumor pada permukaan, kapsul ruptur, dan ascites
atau bilasan peritoneum yang mengandung sel ganas.
c. Stadium
III
Implantasi peritoneum di luar panggul dan/atau adanya
nodus retroperitoneal atau inguinal.
1) IIIa
: tumor terbatas pada panggul sejati, tanpa nodus, penyebaran mikroskopis pada
peritoneum abdomen.
2) IIIb
: implantasi pada peritoneum abdominal ≤ 2 cm, tanpa nodus.
3) IIIc
: terdapat implantasi abdominal > 2 cm dengan adanya nodus retroperitoneal
dan inguinal.
d. Stadium
IV
Metastase jauh
10. Diagnosa
a. Anamnesis
1) Umur
pasien
2) Jumlah
paritas
3) Umur
pertama kali memiliki anak
4) Riwayat
keluarga yang mengalami kanker ovarium, kanker kolon, kanker endometrial, dan
dan kanker payudara.
5) Riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal
6) Nafsu
makan dan penurunan berat badan
7) Nyeri
abdomen bagian bawah
8) Benjolan
pada perut bagian bawah
9) Perdarahan
pervaginam
10) Perkemihan
11) Nyeri
pada punggung
b. Pemeriksaan
pelvik
1) Teraba
tumor padat
2) Tumor
bersifat ireguler dan terfiksir
3) Terdapat
asites
c. Radiologi
1) USG transvaginal (Ultrasonografi Transvaginal)
Pemakaian USG transvaginal
dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi tumor
ovarium dengan baik. Morfologi tumor ovarium yang diperiksa terdiri atas tiga
kategori, yaitu volume tumor, struktur dinding tumor, dan struktur septum
tumor. Pemakaian USG transvaginal dapat membedakan tumor ovarium jinak dengan
tumor ovarium ganas.
2) CT
Scan (Computed Tomography Scanning)
Pemakaian CT-scan untuk
diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan CT-scan dapat diketahui
ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening,
asites, dan penyebaran ke dinding perut. Akan tetapi, CT-scan kurang disenangi
karena risiko radiasi, risiko alergi terhadap zat kontras, kurang tegas dalam
membedakan tumor kistik dengan tumor padat, serta biayanya mahal.
3) MRI
(Magnetic Resonance Imaging)
Jika dibandingkan dengan CT-scan,
MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik. CT-scan lebih dianjurkan dalam
mengevaluasi kanker ovarium.
d. Tes
darah khusus
1) CA-125
CA 125 adalah antigen yang dihasilkan
oleh epitel coelom dan epitel amnion.
Permukaan epitel ovarium fetus dan dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali
kista inklusi, permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang
mengalami pertumbuhan papiler. Kadar normal yang paling tinggi untuk CA 12
adalah 35 U/ml. Pada 83% penderita kanker ovarium epitelial, kadar CA 125
adalah ≥35 U/ml. kadar CA 125 yang meningkat ditemukan pada 50% kanker ovarium
stadium I dan pada 90% penderita kanker ovarium epitelial stadium lanjut.
2) CA
72-4 atau TAG 72
Cancer
Antigen 72 atau Tumor
Associated Glycoprotein adalah suatu glycoprotein
surface antigen yang ditemukan pada kanker kolon, kanker gaster, dan kanker
ovarium. Terutama meningkat pada tumor jenis musinosum.
3) M-SCF
Serum macrophage colony-stimulating factor (factor yang menstimulasi
koloni makrofrag) adalah sitokin yang dihasilkan oleh epitel ovarium normal dan
neoplastik. Kadarnya meningkat pada 68% penderita kanker ovarium.
4) OVX1
Adalah antibody monoklonal. Kombinasi
pemeriksaan OVX1 dengan M-SCF dan CA 125 akan meningkatkan sensivitas pada
penderita kanker ovarium jika disbanding pemeriksaan CA 125 saja.
5) LPA
Lysophostidic
acid
(LPA) adalah suatu fosfolipid bioaktif. Peningkatan LPA ditemukan pada 9 dari
10 penderita kanker ovarium stadium I dan pada semua penderita kanker ovarium
stadium IV.
6) Proteasin
Kombinasi pemeriksaan dengan CA 125
meningkatkan sensivitas menjadi 92% dan spesifitas menjadi 94% dalam deteksi
kanker ovarium jenis mukinosum. (Busmar, 2006:490)
7) Osteopontin
8) Inhibin
9) Kallikrein
10) LDH
11) HCG
12) AFP
(penanda tumor sel germinal)
e. Laparoskopi
f. Laparotomi
g. Foto
rontgen dada dan tulang
h. Scan
kelenjar getah bening
i. Scan
traktus urinarus
(detak.org, 2008, diakses tanggal 13
Januari 2009.).
11. Diagnosa
banding
a. Kanker
lambung
b. Kanker
kolon
c. Asites
d. Kehamilan
ektopik
e. Kandung
kemih yang menggembung (health.meanschatzi.com, 2006, diakses tanggal 30 April
2009).
12. Pengobatan
a. Stadium
IA dan IB
Pembedahan :
1) Ooforektomi
+ reseksi tumor
2) Histerektomi
+ salpingoooforektomi bilateral + omentektomi
b. Stadium
IC
1) Pembedahan
a) Ooforektomi
+ reseksi tumor
b) Histerektomi
+ salpingoooforektomi bilateral + omentektomi
2) Terapi
radiasi : radoisotop intraperitoneal
3) Kemoterapi
: kombinasi Cis platinum dan endoxan
c. Stadium
II
1) Pembedahan
a) Ooforektomi
+ reseksi tumor
b) Histerektomi
+ salpingoooforektomi bilateral + omentektomi, eksisi,adhesi, biopsi diagfragma
dan pelvis
2) Terapi
radiasi defenitif pada seluruh abdomen/pelvis
3) Kemoterapi
d. Stadium
III
1) Pembedahan
: sitoreduktif
2) Terapi
radiasi paliatif
3) Kemoterapi
e. Stadium
IV
1) Pembedahan
: debulking
2) Terapi
radiasi paliatif
3) Kemoterapi
f. Relaps
dan rekuren
1) Pembedahan
: second look laparatomy
2) Terapi
radiasi paliatif
3) Kemoterapi
(health.meanschatzi.com, 2006, diakses
tanggal 30 April 2009).
13. Pencegahan
Tidak ada upaya
pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari kanker ovarium.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala
yang meliputi:
a. Pemeriksaan
klinis ginekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium.
b. Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran
darah.
c. Pemeriksaan
petanda tumor (tumor marker).
d. Pemeriksaan
CT Scan/MRI bila dianggap perlu
Pemeriksaan
tersebut di atas sangat dianjurkan terutama terhadap wanita yang mempunyai
risiko akan terjadinya kanker ovarium, yaitu :
a. Wanita
yang tidak pernah atau sulit hamil
b. Wanita
dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium
c. Wanita
penderita kanker payudara dan kolon
(berbagisehat.com, 2008, diakses tanggal
26 Mei 2009).
Referensi:
- Busmar, Boy, 2006, Kanker ovarium dalam Aziz, M. Farid,
dkk., Buku Acuan Nasional Onkologi
Ginekologi, Cetakan I. Yayasan Bina Pustaka Sarwono. Jakarta.
- Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan
Erat dengan Tingkat Kesuburan yang Rendah. http://www.berbagisehat.com diakses
tanggal 26 Mei 2009.
- Manuaba, Ida Bagus
Gde. 2005. Dasar-dasar Teknik Operasi Ginekologi. Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Jakarta
- Rasjidi, Imam, 2007, Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi
Berdasarkan Evidence Base,Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
- Yatim, Faisal, 2008, Penyakit Kandungan, Edisi II. Pustaka Popouler Obor. Jakarta.
- Abeloff, Martin MD,
dkk. 2004. Clinical Oncology ,Third
Edition. Elsevier Churchill Livingstone. United States of America.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar